Nasib Lagu 'Hidup Di Bui' Membuat D'lloyd Hampir Di Bui Orde Baru


Para Seniman di zaman Orde Baru tidak mudah untuk berekspresi, semua materi lagu bahkan penampilan diawasi secara ketat, Bertentangan dengan kehendak penguasa akan berakibat sensor, penarikan karya bahkan berbuntut bui

Demikian pula sepenggal kisah dari lagu berirama Melayu yang dilantunkan D'lloyd "Hidup di Bui", yang dibawakan dalam album Pop Melayu 1, jadi masalah pada 1974. Lewat Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film, pemerintah Orde Baru melarang lagu itu. 

"Hidup di Bui" sukses dipopulerkan D'Lloyd, meski bukan personel band itu yang menciptakannya. "Penciptanya tidak ada yang tahu. No name," kata Bartje Van Houten alias Bartje, gitaris D'Lloyd yang dikenal banyak menulis lagu, seperti diakuinya kepada majalah Jakarta-Jakarta (1989). 

Menurut Bartje, lagu itu sudah ada sejak dia masih bocah. Penyanyi legendaris Ellya Khadam pernah membawakannya. Personel lain, Syamsuar Hasyim alias Syam D'lloyd, juga tahu lagu itu sudah ada sejak usianya bocah. 

Dulunya, sebelum dilarang, dalam lagu tersebut ada penggalan lirik: “Apalagi penjara Tangerang, masuk gemuk pulang tinggal tulang. Karena kerja secara paksa. Tua muda turun ke sawah”. Lirik itulah yang dianggap bermasalah oleh Orde Baru, bagian lirik tersebut disensor. 

Sementara pada versi baru yang belakangan dirilis, lirik “Apalagi penjara Tangerang“ diganti menjadi “Apalagi penjara zaman perang.” "Hidup di Bui" yang liriknya disensor, tepat di menit 1:45. 

Bagi pemerintah Orde Baru, Penjara Tangerang adalah saksi sejarah penumpasan G30S. Mereka yang dituduh PKI atau terlibat G30S mendekam di sana setelah 1965. “Mulanya para tahanan demikian dititipkan di Penjara Tangerang yang punya tanah persawahan cukup luas, dengan harapan nantinya para tahanan itu bisa bertani. Sayang, tanah itu hanya bisa dimanfaatkan kalau tiba musim hujan,” tulis Aco dalam: Reveals PKI's Betrayal in 1965 and the Trial of the Perpetrators (2008: 124). 

Sementara menurut Misbach Tamrin dalam Amrus Natalsya dan Bumi Tarung (2008: 150), seniman Amrus Natalsya pernah disana. “Di penjara Tangerang, Amrus dipekerjakan di sawah di bawah pengawasan tentara dibantu hansip atau Menwa.

Mungkin D'lloyd bukanlah pencipta asli lagu tersebut, Penguasa saat itu masih bisa berkompromi dengan hanya melarang dan men-sensor, sehingga Personil D'lloyd selamat dari jeratan Hidup Di Bui yang sesungguhnya

Komentar